Kamis, 29 Maret 2018

Sang Pemimpi
Oleh : Ninit Mita Dewi



Kehidupan bukanlah impian, kehidupan bukanlah khayalan, kehidupan adalah kenyataan. Tapi, Impian dan khayalan juga ada dalam dunia fana ini. Setiap kejadian dalam hidup harus dijalani dengan penuh keyakinan dan kesabaran. Dalam hidup ada impian, setiap orang punya mimpi, setiap orang bisa bermimpi, berkhayal, namun di dunia ini, hidup ini adalah kenyataan bukan khayalan bahkan sebuah impian. Jika berlarut-larut dalam sebuah mimpi dan dunia khayalan bisa menyakitkan bagi diri sendiri.
Hai, namaku Nita. Aku sudah lulus SMA tahun lalu. Keluargaku bukanlah dari kalangan kelas atas, tapi keluarga yang sederhana namun aku tak kekurangan kasih sayang dari keluargaku. Ayahku seorang buruh, kerjanya serabutan, penghasilannya tiap hari tak menentu, terkadang tinggi terkadang juga rendah. Dan ibuku hanya seorang ibu rumah tangga saja. Dahulu, ketika bersekolah, aku terkenal sebagai anak yang selalu tersenyum dan ceria. Aku yang semula terlihat ceria dengan senyum manis yang mengembang di bibir kecilku serta canda tawa yang tak pernah pudar kini telah berubah. Kata ayah, aku selalu terlihat murung. Kantong mataku semakin terlihat jelas, mataku sembab. Pantas saja, aku memang sering menangis. Air mataku mungkin bisa habis karena terus-terusan menangis. Aku menangis bukan karena tak ada alasan. Berawal dari impian dan harapanku untuk masuk ke perguruan tinggi pada tahun 2017 itu sirna. Sebelum tamat SMA, aku dan teman-temanku sibuk membicarakan masa depan, mereka dengan semangat membahas tentang kelanjutan pendidikan mereka setelah tamat SMA nanti, begitu juga denganku. Aku telah memiliki rencana dan pilihan untuk tempatku melanjutkan pendidikanku, mengejar cita-citaku menjadi wanita karir yang sukses. Tapi sayangnya, semua itu tak bisa terwujud karena orang tuaku tak mampu untuk membiayai kuliahku. Apalagi aku ingin melanjutkan kuliah di perguruan tinggi. Hm… yaya. Aku mengerti itu. Aku tak ingin membebani keluargaku karena egoku. Mungkin ini konsekuensi yang harus diambil, aku tidak akan bisa melanjutkan kuliah dan menggapai impianku. Hal-hal itu selalu terbesit dalam pikiranku. 
Hari-hari kulewati dengan kegiatan yang bermanfaat. Misalnya, membantu orang tuaku. Terkadang, aku ikut ayah bekerja sebagai buruh. Walaupun seorang wanita, tak menjadi penghalang untuku bekerja sekeras itu. Lama-lama aku bosan juga terus seperti ini, rasa bosan terus saja datang tanpa kuundang. Karena bosan, aku memutuskan untuk mencari pekerjaan. Berbekal ijazah SMA yang nilai-nilainya sangat memuaskan. “Banyak orang yang memiliki ijazah S1, tapi sampai sekarang mereka masih sulit mendapatkan pekerjaan. Banyak lulusan-lulusan tinggi dari berbagai jurusan masih menganggur sampai sekarang, jika aku mau mencoba, percaya diri dan yakin pada diriku sendiri pasti aku bisa.” Hal itu lah yang menjadi penyemangatku dalam mencari pekerjaan. Tapi, pikiran negatif juga terkadang menghampiriku. “Orang-orang yang sudah lulus S1 saja mencari pekerjaan susahnya minta ampun, apalagi aku yang hanya memiliki ijazah tamatan SMA yang di sekolah lebih banyak diberikan materi dengan praktek yang sangat minim, bukan ijazah tamatan SMK” ah tidak…. Nyaliku kembali menciut. Helaan nafas panjang mengawali langkahku untuk kembali berjuang mencari pekerjaan. Demi mengubah masa depanku. Aku terus melangkah dengan optimis. 
Tiba-tiba aku ingat dengan kakak kelasku dulu. Namanya kak Indah. Gosip-gosip yang telah beredar luas tengah membicarakan kak Indah yang sudah bekerja dan kini menjadi seorang manager di sebuah perusahaan yang cukup besar dan memiliki cabang di beberapa daerah di Indonesia. Akhirnya aku pergi kesana, dan menitipkan surat lamaranku kepada kak Indah. Kami cukup dekat dulu ketika SMA, kak Indah yang sekarang masih sama baiknya seperti kak Indah yang kukenal saat SMA dulu. Setelah menitipkan berkas lamaran pekerjaan, kak Indah menelfonku. “Ta, besok kamu menghadap bos ya untuk tes wawancara.” Ucapnya dengan nada yang begitu lembut. Wah betapa senangnya aku, aku menebak-nebak bahwa aku akan diterima bekerja di sana. Keesokan harinya, aku sudah bersiap untuk berangkat menghadap calon bosku. Tak lupa meminta doa restu kepada orang tuaku dan meminta tolong kepada sahabatku untuk mengantarku. Sahabatku itu namanya Diana. Ia dengan setia menungguku di luar, sedangkan aku berjuang di dalam ruangan yang suasananya sedikit menyeramkan dan menegangkan. 30 menit waktu telah berlalu, aku selesai mengikuti tes wawancara dari calon bosku. “Gimana rasanya Nit, udah lega? Sudah bertemu dengan calon bos?”. Diana melemparkan banyak pertanyaan kepadaku. “Ishh kau ini… penuh pertanyaan, berikan aku menghela nafas sebentar.” Kujitak jidat Diana yang lebar itu. Setelah itu, aku menraktir Diana makan bakso di warung favoriteku. 
Aku lupa, aku belum mengatakan apapun kepada orangtuaku masalah aku melamar pekerjaan ini. Ah, mereka pasti setuju dan sangat senang jika aku sudah mendapat pekerjaan. “Makasih banyak ya kamu sudah mau menemaniku hari ini.” Ucapku pada Diana saat aku sudah sampai di rumah. Diana itu cowok yang keren dan calm. Eeeeh, dia sahabatku. Akan tetap jadi sahabat baiku sampai kapanpun. Aku terus menunggu kabar dari perusahaan itu, setiap hari aku tak bisa lepas dari telepon genggamku. Berharap, perusahaan yang kuikuti tes wawancaranya itu menghubungiku. Seminggu kemudian, akhirnya mereka menghubungiku. Dengan penuh semangat aku menyimak hasil wawancaraku, dan terbesit dipikiranku bahwa hari ini aku akan mengatakannya kepada orang tuaku. Ah tapi sayang…. Aku belum beruntung. Sedikit kecewa, aku tidak diterima di perusahaan itu. Ya mungkin karena ijazahku. Ah, aku tak boleh berlarut-larut dalam kekecewaan dan kesedihanku ini, aku harus bangkit dan terus berusaha, masih banyak peluang, masih banyak kesempatan untuku. Aku tak ingin berlarut dalam keterpurukan ini. Aku tetap bersikeras, mencoba untuk melamar pekerjaan ke tempat-tempat lainnya. Mulai dari pertokoan, perusahaan, restoran, supermarket dan tempat-tempat yang ada peluang kerjanya. Tetap saja, hasilnya nihil. Sebegitu kerasnya aku berusaha namun tak membuahkan hasil. “Ah manusia jenis apa aku ini, selalu gagal! Bagaimana caraku bisa mengubah nasib jika seperti ini.. ah payah! Wanita payah! Lemah! Tak pernah beruntung!” aku menyalahkan diriku, aku kecewa pada diriku sendiri. Isak tangisku, aku biarkan begitu saja. 
HPku berdering, ada pesan masuk. ‘sabar teman, semua butuh proses, semua akan baik pada waktunya’ isi pesan dari nomor yang tak dikenal. Ah itu adalah teman lamaku ketika di SMA. Dahulu, setiap aku mengeluh padanya, kata-kata itulah yang selalu ia katakan kepadaku. Entah dimana sekarang ia, kenapa ia bisa tahu jika aku sedang terpuruk sekarang. Nampaknya aku mengetahui, ia mengetahui keadaanku karena telah membaca statusku di facebook. Yaya benar. Entah dimana dia sekarang, aku dan dia dahulu teman baik, sangat baik. Kini kami hanya bisa berkomunikasi lewat pesan. Ya setidaknya dia masih peduli padaku. Waktu terus saja berputar, ia tak lelah berhenti sedetik saja. 6 bulan telah berlalu, terasa begitu cepat. Namun, bagiku itu cukup lama karena aku menanti kapan aku bisa mendapat pekerjaan. Pikiran-pikiran untuk membahagiakan orangtua yang selalu gagal terus menghantuiku. Mereka memang tak pernah memaksaku untuk bekerja, tapi dalam lubuk hati mereka yang paling dalam pasti ingin melihat anaknya sukses. Aku anak semata wayang, jadi mereka tak ingin jauh-jauh dariku. Karena itulah, dulu aku tak diperbolehkan untuk melamar pekerjaan di kota. “Bekerja di kota, belum tentu akan mengubah nasib. Kamu di sana tak ada yang mengurus selain dirimu sendiri, berat. Apalagi hidup di kota itu berbeda dengan kehidupan di desa, di tempat tinggal kita saat ini. Hidup di sana itu keras, penuh persaingan.” Kata-kata ayahku yang membuatku kembali berpikir untuk bekerja di luar kota seorang diri. Namun, di sisi lain. Aku ingin hidup mandiri, apalagi sekarang sudah beranjak dewasa walaupun ayahku pernah berkata “Apa sih yang kamu cari di luar kota? Uang? Kita tidak kekurangan uang kok, percuma juga punya uang banyak tapi hidup tak bahagia.” Ah saat itu aku sedikit kesal, aku ingin ayahku mengerti bahwa aku ingin hidup mandiri, aku bukan anak yang manja dan selalu bergantung pada orang lain. 
Sekali lagi, aku tak ingin bermimpi ataupun berkhayal, akan sangat menyakitkan. Suatu hari, ibuku member ikabar bahwa sepupuku, Kak Putri sudah naik jabatan menjadi manager di sebuah hotel. Bergegas aku menghubunginya dan meminta sedikit waktu untuk bertemu, mengobrol dan mengucapkan selamat kepadanya. Bagaimanapun, ia sudah kuanggap seperti kakakku sendiri. Aku mengunjungi rumahnya, dan membawakan beberapa makanan hasil masakan ibu yang mungkin sangat ia sukai dan rindukan. “Wah,, makanan bibi.. sudah lama aku tak merasakannya lagi. Tahu betul aku sedang lapar.” Ia senang bukan main karena aku berkunjung ke rumahnya. “Ia dong, kamu sudah sangat sibuk kak. Dengar-dengar ada yang sudah naik jabatan nih.. hmm, apa yah namanya, m…a… m…a, oh ya manager hotel. Huala boleh nih kayaknya aku ngelamar kerja di tempatmu, sudah lama aku menganggur”  celetuku kepada kak Putri. “Wah, serius ingin bekerja? Di hotel lagi perlu Front Office sih, kerja sedikit berat. Tapi setahuku kamu di SMA mengambil jurusan Bahasa, dan aku tahu juga kamu cukup menguasai bahasa asing terutama bahasa Inggris.” Ucap kak Putri memberikanku harapan. “tenang saja kak, walaupun berbekal ijazah SMA, tapi dahulu aku pernah ikut les bahasa inggris gratis, dan belajar serta praktek langsung bersama bule-bule. Jadi aku sudah lumayan fasih berbahasa inggris.” Aku meyakinkan kak Putri bahwa aku layak bekerja di tempatnya. 
Yey, akhirnya. Aku bekerja bersama sepupuku. Dia atasanku, namun begitu gajiku per tahunnya selalu meningkat sedikit demi sedikit. Bukan karena manager itu adalah sepupuku, kami menjaga keprofesionalan, bos menyukain kerjaku. Tambahan pekerjaan, menjadi seorang resepsionis. Mungkin ini akan menjadi langkah awal untuk membahagiakan diri sendiri, orang tua, dan orang yang ada di sekitarku. Hari ini, tepat aku menerima gajiku yang ke lima. Ingat betul ketika aku menerima gajiku yang pertama, betapa senangnya aku, kuberikan sebagian kepada orang tua, sebagian aku tabung untuk kebutuhanku. Dan sekarang sudah gaji yang kelima saja. Apa yang aku inginkan, mulai dari sesuatu yang sederhana sudah bisa kubeli dan kudapatkan sendiri tanpa membebani orang tua lagi. Namun gaji kelima, belum ada di tangan, bos memanggilku untuk ke ruangannya. Jantungku berdebar, sungguh aku begitu takut, aku takut telah melakukan kesalahan karena teman-temanku yang lain di sana sudah mendapatkan gaji semua. Hanya aku yang belum. Dengan perasaan yang bercampur aduk, perasaaan tegang, perlahan aku memasuki ruangan bosku. Kutarik nafas sepanjang-panjangnya. Jantung ini berdegup tak beraturan. Aku mengetuk pintu dengan pelan dan mengatakan permisi. “Iya silahkan masuk, dan silahkan duduk Nita.” Ucap bosku dengan suaranya yang cukup tinggi hingga membuatku semakin ketakutan. Aku memberanikan diri untuk bertanya. “ Ada apa ya bapak memanggil saya, apakah ada yang bisa saya bantu atau kerjakan pak.?” Aku berusaha tetap tegar meskipun jantung ini rasanya mau copot. “Begini Nita, semenjak kamu bekerja di sini, saya lihat karyawan yang lain jadi lebih rajin dan bersemangat untuk bekerja. Pemikiran-pemikiranmu juga sangat luar biasa, kamu orang yang mudah bergaul, banyak sekali hal yang telah kamu lakukan untuk kemajuan hotel ini. Saya baru mengetahui bahwa Putri adalah kakak sepupumu, kerjamu sangat supel seperti Putri. Saya akan menaikan jabatanmu menjadi manager di hotel ini, menggantikan Putri yang saya pindah tugaskan ke cabang lainya. Apakah kamu siap?” Kata-kata bos itu berhasil membuatku menganga dan bengong, kucoba untuk mencubit pipiku cukup keras dan aw… sakit sekali. Ternyata bukan mimpi, bukan khayalan. Aku akan menjadi seorang manager di hotel. Dari saat itulah aku tidak takut untuk bermimpi, tidak takut lagi jika kebanyakan bermimpi dan berkhayal akan membuat kita jatuh dan sakit. Karena, mimpi, khayalan, kenyataan itu tidak dapat dipisahkan. Aku ingin mengumpulkan uang untuk mengajak ibu, ayah, dan keponakanku terbang ke Negeri Kincir Angin. Itulah mimpi, khayal, yang harus aku buat menjadi nyata. 


Jangan pernah takut bermimpi. Bermimpilah setinggi bintang dan bila kamu jatuh kamu akan jatuh di antara bintang - bintang. 

Minggu, 11 Maret 2018

Penghuni Lemari Kamarku
Oleh : Ninit Mita Dewi

             Di artikel kali ini saya akan menceritakan tentang teman saya yang tidak percaya dengan makhluk halus sebelumnya.

http://www.daftarhantu.web.id/tempat-nongkrong-hantu/

           Aku berasal dari salah satu daerah di 
kecamatan tegallalang, namaku Santika (nama samaran), sekarang aku masih duduk di bangku SMA. Kali ini aku akan menceritakan pengalaman pertama aku melihat sosok yang misterius yang ada di kamarku. 

          Saat berumur 10 tahun, aku sudah berani tidur di kamar sendiri. Setiap kali aku ingin tidur, aku selalu merasa seperti ada seseorang sedang memperhatikanku. Sampai di satu malam, hal yang benar-benar menyeramkan terjadi.

         Hari itu seingatku adalah malam jumat keliwon. Selesai makan malam dengan keluarga kami semua masuk ke kamar masing-masing. Termasuk kakakku yang kebetulan kamarnya berdekatakan dengan kamarku. 

         Jadi malam itu, aku terbangun di tengah malam sekitar jam 12 malam dan aku tidak bisa kembali tidur. Pintu lemari yang ada di kamarku sedikit terbuka. Pas waktu itu pandanganku terfokus menoleh ke lemari itu( hanya sekedar info untuk kalian ketahui bahwa lemariku itu adalah lemari besar yang muat dimasukin orang dewasa). Lalu tiba-tiba saja aku melihat bayangan putih menjulurkan badannya keluar dari lemari. Seolah-olah dia dari tadi bersembunyi di balik pintu lemari. Aku menatapnya,aku bertanya dalam hati "siapa dia apa yang dia inginkan, kenapa dia bisa berada di dalam lemariku? ". Dia menempatkan jarinya ke mulutnya seolah-olah menyuruhku diam. Lalu menarik badannya kembali ke lemari, tiba-tiba makhluk itu hilang dari pandanganku entah kemana.

            Aku belum pernah bertemu hantu atau makhluk sejenis itu. Dan aku tidak mengerti apa itu. Aku kira orang itu adalah kakakku yang mencoba menakut-nakutiku. Aku kira dia menggunakan kain putih menutup dirinya. Soalnya makhluk itu tidak memiliki wajah atau apa pun hanya bayangan putih. Kebetulan aku tidur jarang mengunci pintu kamar. Karena aku pikir itu kakak, aku berjalan ke lemari. (Yang kalau dipikir kembali, aku waktu itu betul-betul berani). “Kak?” “Bu?” suara itu terlontar dari mulutku.

             Aku menyalakan lampu kamar dan melihat ke dalam lemari, aku tidak melihat tidak ada apa-apa. Aku pun mencari-cari di belakang pakaian yang digantung di lemari itu, tidak ada apapun semua nampak baik-baik saja. Aku mencoba melihat di balik pintu lemari, "tidak ada apa-apa, mungkin hanya halusinasiku saja karna aku kecapean" pikirku

          Tidak ada siapapun di situ,  tapi aku merasa saat itu aku memang tidak bermimpi tapi kejadiannya nampak seperti nyata. 

          Tiba-tiba aku mulai merasa takut. Saat itu aku langsung berlari sekencang-kencangnya keluar menuju kamar orang tuaku. Aku langsung membangunkan mereka, dan menceritkan kejadian yang baru saja aku alami aku menceritakannya sambil menangis. "Aku sangat yakin kejadian itu bukan mimpi sama sekali. Aku sangat yakin!" ujarku kepada ibu. Ibu hanya terdiam mendengar ceritaku, karna ibu pikir aku mengigo. 

           Semenjak itu, aku tidak pernah tidur dengan pintu lemari terbuka. Sejujurnya kakakku juga merasa ada sesuatu di dalam lemari kamarnya. Kebetulan kamarnya tepat berada di sebelah kamarku dan lemari kami hanya dipisahkan oleh sebuah dinding.

           Kami merupakan penghuni pertama rumah ini. Ayah dulu membeli tanah dan membangun rumah ini. Dulunya tanah ini adalah bekas daerah pertambangan. Tetapi setahuku tidak pernah ada kecelakaan atau hal yang janggal lainnya di rumah ini. Itu sebabnya aku tidak mengerti dari mana datangnya misteri ini.

          Tetapi walaupun aku sudah menutup pintu lemari setiap kali mau tidur. Ternyata masih belum selesai juga. Soalnya kejadian misterius kembali terjadi. Kali ini di tahun 2017 kemarin. Aku tidak tahu apakah ini ada kaitannya dengan kejadian waktu jumat keliwon atau ada kaitannya dengan masa kecilku.

           Beberapa malam aku terus mengalami lucid dream (keadaan di mana kamu sadar dirimu sedang mimpi tetapi kamu tidak bisa bangun). Masalahnya ini bukanlah lucid dream yang menyenangkan. Aku sulit mendeskripsikannya dan sulit untuk menjelasakannya secara detail. Dibilang mimpi buruk tidak juga, tetapi ada rasa tidak menyenangkan, yang sulit dijelaskan.

            Aku tahu aku sedang bermimpi jadi aku mencoba untuk bangun. Nah pada saat bangun, aku mulai merasa sangat pusing, seolah dunia bergoyang hebat dan saat itu aku merasa dunia benar-benar berputar (belakangan ini aku baru menyadari kondisi yang aku alami ini disebut astral projection. Sekedar info istilah astral projection merupakan istilah yang digunakan dalam esoterisme untuk menggambarkan pengalaman keluar dari tubuh atas keinginan sendiri, yang diduga sebagai suatu bentuk dari telepati, yang mengasumsikan adanya jiwa atau kesadaran yang disebut "tubuh astral" yang terpisah dari tubuh fisik dan mampu melakukan perjalanan ke luar ke seluruh penjuru alam semesta).

             Aku melihat kamar tidurku, tapi itu bukan ruang kamarku yang sesungguhnya. Soalnya tempat di samping ranjang yang seharusnya ada jendela, berubah menjadi rak buku, dan rak buku jadi jendela. Aku benar-benar merasa bingung apakah aku betul-betul di dalam kamar, ataukah ini masih projeksi. Yang pastinya posisi lemari pakaian yang ada di kamrku tetap seperti biasanya. Posisinya tetap di sudut kamar.

            Di saat itu ada suara terngiang di kupingku. Seorang wanita dengan nyanyian bahasa asing, bahasa yang tidak aku kenali dan mungkin aku tidak pernah mendengarnya. Lalu perlahan-lahan aku melihat sosok perempuan dengan warna bayang-bayang putih muncul dari bagian atas pintu lemariku. Sambil terus bernyanyi dia mendekatiku, berusaha menjangkau dan menyentuh tubuhku. Kali ini aku bisa melihat wajahnya. Dia memiliki wajah dan tubuh manusia. Tetapi aku hanya melihat kepala dan dadanya. Perempuan tersebut tampak seperti mengenakan jilbab dan mengenakan gaun lengan panjang menutupi kulitnya. Kalau dibilang, rasanya mirip sosok yang aku lihat sebelumnya. Dia tampak bersinar seperti malaikat di televisi yang sering aku tonton.
http://www.generasihero.com/5-malaikat-yang-akan-membantumu-menemukan-jodoh/

            Tiba-tiba saja aku tersentak dari tidur. Aku langsung menatap pintu lemariku. Tidak ada apa-apa yang di lemariku itu.

          Dan yang aneh adalah tiba-tiba kucingku sedang duduk di sebelah dan menatapku. Kucingnya seolah-olah mensyaratkan “Apa kamu melihat apa yang terjadi barusan?!” Aku tahu ini aneh, tapi aku rasa kucingku tahu apa yang baru saja aku alami, dan ia menatap mataku.

            Aku panik. Aku belum tahu hantu itu bermaksud baik atau buruk. Lagipula dia berwarna putih (dan bersinar) jadi mungkinkah dia pelindungku atau sesuatu? Aku tidak tahu, tapi aku selalu merasakan sesuatu di lemari itu.

~sekian~


Perlu kalian ketahui makhluk yang tak kasat mata itu memang ada, tetapi kalian tidak perlu takut karna tuhan melindungi kalian, derajat kalian lebih tinggi dari makhluk tersebut 😊

Sabtu, 03 Maret 2018


Hantu Anak Kecil Penunggu Sekolah
Oleh: Ninit Mita Dewi


             Kalian pasti sudah tidak aneh atau asing lagi mendengar cerita hantu di sekolah, kan? Mulai dari cerita hantu anak kecil, cerita hantu kuntilanak, dan cerita tentang hantu penunggu sekolah zaman dulu.

             Namun kali ini aku ingin berbagi pengalaman seramku yang baru aku alami kemarin sore. Biasanya aku hanya mendengar cerita hantu di sekolah, tapi kali ini aku yang mengalaminya.

              Sebelum aku lanjutkan, perkenalkan namaku Atika. Aku masih duduk di bangku SMA tepatnya di kelas2. Aktifitas sekolahku berakhir sampai jam setengah 4 biasanya, jadi setelah jam tersebut sekolahku akan jadi sepi.

           Waktu itu aku dan beberapa temanku janjian untuk mengerjakan tugas sekolah setelah pulang sekolah di sebuah kelas. Karna rumah kami sangat jauh dari sekolah membutuhkan waktu tempuh 30 menit jadi kami memutuskan mengerjakan tugas di sekolah saja.

             Tepat jam 3 aku datang ke kelas itu yang memang tampak sangat sepi dan berlokasi paling pojok. Tempatnya juga redup disana, tak ada satu siswapun yang masih berada di sekolah pada saat itu.

             Ruangan itu sangat sepi hanya aku sendirian. Aku menunggu teman-temanku yang sedang berbelanja di kantin. Sambil menunggu aku memainkan Handphoneku. Aku membuka permainan yang biasa aku mainkan untuk menghilangkan rasa bosanku.

             Lelah menunggu, tiba-tiba rasa kantuk menyerangku bagaikan sebuah anak panah yang melesat pada mataku.

              Aku memutuskan untuk berbaring di atas meja sambil menunggu teman-temanku datang. Namun tanpa disangka aku tertidur karena sangat mengantuk, aku tertidur sangat lelap sekali.

              Ketika sedang tertidur, aku masih bisa mendengat sekelilingku.
Aku mendengar ada suara anak kecil tertawa. Kemudian terdengar langkah kaki yang sedang berlari di sekelilingku.

              Aku bisa mendengarnya namun mataku enggan untuk membuka. Terasa sangat berat seperti di lumuri lem.
Karena memang sangat ngantuk maka aku cuek tidak menghiraukan suara-suara itu. Aku tetap melanjutkan tidurku, tapi dalam pikiran ku aku bertanya siapa anak kecil itu, perasaan tadi aku hanya sendiri di kelas ini.

             Namun ketika aku berusaha cuek dan memasuki alam mimpi, aku segera terbangun. Kakiku ditarik hingga aku bergeser beberapa centimeter.

               Aku terbangun dan mencoba melihat sekelilingku namun tidak ada siapa –siapa. “Cuma mimpi” pikirku.

           Aku kembali tidur lagi. Dan lagi-lagi kakiku ditarik lagi. Kali ini aku bergeser hampir satu meter. Sepertinya aku diganggu hantu anak kecil yang sering dibicarakan oleh teman-temanku.
Aku segera bangun, dan aku benar-benar merasakan ditarik oleh seseorang. Aku melihat sekeliling namun tidak ada siapa-siapa.

            Namun tiba-tiba dari balik pintu  muncul anak kecil menatapku sambil tertawa “hahahaha”.
Aku sangat kaget karena wujud anak kecil itu sangat aneh dan seram. Mata anak kecil itu sangat merah, telinganya panjang dan dari pinggir mulutnya keluar taring kecil. Ternyata aku benar-benar telah diganggu hantu anak kecil itu.

              Aku yang sangat ketakutan, aku segera berlari keluar dari ruangan kelas. Dan beruntungnya aku bertemu teman-temanku yang sedang menuju ke ruangan kelas tempatku tadi.

             Karna aku tidak ingin membuat teman-temanku merasa takut akhirnya aku mengurungkan niatku untuk menceritakan apa yang ku alami tadi.

              Karna kejadiannya sudahlama dan aku sudah mulai melupakan kejadian itu. Tiba-tiba salah satu temanku menceritakan tentang permainan charlie-charlie katanya sih permainan ini berasal dari Meksiko. Caranya cukup sederhana kita cuman membutuhkan 2 pensil dan selembar kertas digambar salib, pada setiap sisi berisi tulisan yes atau no.


              Cara mainnya cukup mudah letakan pensil di tengah-tengah  dan ucapkan "Charlie, Charlie, bisakah kita bermain?" Bila pensil mulai bergerak, itu tandanya kalian sudah berhasil memanggil arwah Charlie. Setelah itu kalian bisa menanyakan pertanyaan apa saja pada Charlie.

             Untuk menyelesaikan permainan, katakan "Charlie, Charlie, bisakah kita berhenti?" Bila pensil bergerak ke arah yes, maka segera katakan good bye dan jatuhkan pensil. Jika tidak, ulangi pertanyaan tersebut sampai mendapatkan jawaban yes.

           Karna aku sangat penasaran dengan permainan itu dan aku juga ingin tahu tentang hantu anak kecil yang menghantuiku melalui permainan ini jadi aku mengiyakan ajakan temanku.

           Tapi Ani salah satu temanku  mengaku tidak berani memainkan permainan tersebut. Namun, aku dan teman-teman terus menerus memaksa, akhirnya dia setuju.

             Tepat pukul 12 siang, persiapan kami selesai. Mulailah kami memainkan permainan itu dengan petunjuk yang sudah diberikan tadi.  10 menit berlalu tidak ada hal aneh yang terjadi. Merka memutuskan bahwa tidak ada apa-apa di kelas kami. Akhirnya Ani memutuskan untuk menyelesaikan permainan, tapi Aku,  Ari dan Riri tetap melanjutkan permainan ini karna masih belum percaya, apalagi aku pernah melihat hantu anak kecil itu.

             Bel pulang sekolah pun berbunyi Aku, Ari, Ani dan Rini beranjak pulang, katanya mereka akan menginap di kosku, aku sangat senang mereka menginap karna aku jadi tidak kesepian di kos apalagi malam itu adalah malam jumat.

              Sesampainya aku di kos, aku menyuruh teman-teman untuk mandi. Setelah kami semua sudah selesai mandi kamipun ngobrol tentang permainan yang kami mainkan di sekolah siang tadi. Malam itu suasananya cukup dingin, Ani yang merasa kelelahan dia minta izin untuk tidur duluan.

              Kami masih melanjutkan obrolan kami itu,  tanpa kami sadar jam sudah menunjukkan pukul 12 malam.  Jelang selang pukul satu pagi, kami mulai mendengar suara orang mencakar-cakar dinding kamar kosku. Aku bingung, aku kira hanya kucing garong yang biasa keluyuran di sekitar kos. Tidak lama berselang, tiba-tiba ada ketukan keras di pintu kamar kosku dan nampak dari dalam kamar terdengar suara anak kecil yang tertawa. Temanku langsung beranjak untuk buka pintu, tapi tidak ada orang di luar. Semua penghuni kos sudah masuk dalam kamar masing-masing. Suasana kos pada malam itu juga sudah nampak sepi dan diluar nampak gelap sekali karna lampu-lampu di kos semua sudah dimatikan.

            Kami mulai panik, aku meminta teman-temanku untuk tetap didalam kamar. Namun, pintu kamar, jendela, dan pintu lemariku mulai bersuara, seperti ada yang memukul-mukul. Kami bertiga sangat panik dan ketakutan. Kami tidak berani untuk berada di dalam kamar, tapi juga tidak berani melihat apa yang di luar. Yang benar saja kami menutup pandangan dan bersembunyi dalam selimut, bertiga. Kami tidak tahu berapa lama, kami hanya berusaha tidak ngompol.

            Beberapa jam kemudian akhirnya suara-suara itu hilang, dan aku melihat kertas charlie yang kami mainin di sekolah tadi hilang. Aku beranikan diri untuk membuka pintu kamar, tiba-tiba kertas itu berada di luar kamarku. Aku mengambil kertas itu dan tak lama kemudian di depanku berdiri anak kecil yang sam persis seperti yang aku lihat di sekolah kemarin. Aku berteriak dan berlari ke kasurku, sampai ani terbangun mendengar suaraku. Akhirnya aku memutuskan untuk menceritakan kejadian ini pada teman-temanku. Kami akhirnya membakar kertas itu dan menyelesaikan permainan itu.





Terimakasi telah membaca artikel saya, ini kisahnya nyata saya ambil dari kisah teman saya sendiri.😊 jangan takut akan makhluk gaib karna semua makhluk dialam semesta adalah ciptaan tuhan 😊


Kamis, 01 Maret 2018

Kejadian Seram Di Sekolahku 
Karya : Ninit Mita Dewi



               Namaku Anisa aku baru berumur 17 tahun. Disini aku akan menceritakan tentang pengalamanku di sekolahku yang kata masyarakat merupakan salah satu sekolah terangker di Gianyar. Mungkin saja sekolah kami angker karna letak sekolah kami juga berdekatan dengan jurang.

             Pada waktu itu,sekitar bulan oktober tahun 2017,saya baru saja masuk SMA,di salah satu sekolah di Gianyar,Bali.
Saya sering mendengar cerita tentang SMA angker di Gianayar, tetapi tepat dimana SMA yang saya pilih untuk bersekolah katanya adalah salah satu SMA terangker menurut cerita masyarakat.
Saya dan teman-teman sering membicarakan tentang keangkeran sekolah kami,ada yang pro dan ada juga yang kontra.

             Setelah lama kami membicarakannya masalah tentang keangkeran ini,kami pun bersama sepakat untuk membuktikan sendiri tentang keangkeran yang ada di sekolah kami.
Tepat seminggu sebelum kami ingin membuktikan keangkeran sekolah kami,kami yang beranggotakan sekitar 10 orang, kami melihat salah satu ruangan yang sudah usang,kelihatan tidak pernah di bersihkan dan di rawat,tetapi disana banyak sekali botol-botol minuman yang berserakan seperti ada orang yang minum disana, memang tidak ada yang mabuk pada saat itu tapi kami beramai ramai membuang botol minuman keras di kelas ruangan yang usang itu.

              Saat itu sekitar pukul 5 sore hari,saya sedang asyik bermain handphone di kelas.
Tepat di belakang saya duduk salah seorang teman saya, yang dikaruniai penglihatan gaib semenjak dia kecil ya dari kecil dia bisa melihat hal-hal yang tidak bisa dilihat oleh orang lain, dia juga berkata bahwa dia salah seorang cucu dari leak bali dibali sih hantu ini yang paling ditakuti, sebut saja nama dia Avril. Saat saya sedang asyik bermain handphone di kelas tiba-tiba saja Avril berteriak histeris, saya pun terhentak kaget karena tiba-tiba mendengar jeritan yang keras dan secara mendadak dari Avril.

             Saat pertama melihat kebelakang saya kaget karena Avril,hanya tertawa dan teriak-teriak seperti orang gila kadang-kadang Avril juga menari dengan sangat lemah gemulai, padahal yang saya tau Avril sama sekali tidak bisa menari. Seorang dari teman saya berkata bahwa dia kerasukan dan menyuruh kami semua mengkat dan membawanya ke UKS sekolah. Akhirnya saya menggendong Avril turun ke lantai satu, anehnya saat pertama saya menggendong Avril badannya terasa sangat berat seperti orang yang sangat gemuk saja padahal badan Avril sangatlah kurus, sampai saya hampir terjatuh mengangkatnya,saya pun meminta bantuan teman-teman kelas untuk membantu membawa Avril ke UKS,dibutuhkan lebih dari 4 orang untuk membawa Avril turun ke lantai 1.

             Akhirnya kami sampai di UKS sekolah, para guru dan murid-murid sekolah lain yang belum pulang pun berdatangan untuk melihat Avril yang kerasukan.

              Salah seorang guru yang juga di karunia penglihatan gaib dari kecil datang,sebut saja namanya Bu Surini ,Bu Surini menyuruh murid-murid yang lain untuk tidak mengerumuni Avril, akhirnya murid-murid yang lain menjauh dan Bu Surini pun duduk di sebelah Avril.
Awalnya Bu Surini mencubit jari telunjuk Avril dengan sekuat tenaga,sampai membekas dan berdarah saya lihat. Bu Surini menyuruh salah satu anggota Osis di sekolah kami untuk mendoakan Avril.
Avril masih berteriak histeris,keras sekali teriakannya dan meronta-ronta seperti orang yang ingin membebaskan diri, saya yang memegangi kakinya hampir saja terkena tendangan Avril.

              Saat doa di bacakan semua murid hening,dan tiba-tiba Avril tertawa sinis, seperit layaknya tawaan kuntilanak, bulu kuduk saya langsung naik saya merinding dan kaget, teman-teman saya tiba-tiba diam ada yang memeluk teman sebelahnya saking takutnya dan ada juga yang pergi meninggalkan ruangan UKS.
"Jangan ganggu saya!! Jangan ganggu tempat saya!! Kalian telah membuat saya tidak nyaman!! Saya tidak suka dengan kehadiran kalian disini!! Pergiiii!! ", demikian Avril berkata, saya pun kaget mendengar apa yang dikatakan Avril tadi. Bu Surini pun mulai menanyakan kepada Avril "Siapa kamu?jawab!!", sambil terus bertanya Bu Surini menyuruh murid lain untuk mencubit jari telunjuk Avril lebih keras lagi.

              "Jangan ganggu saya!!", terdengar lagi Avril berkata, Bu Surini hanya membacakan doa untuk Avril, dan akhirnya Avril pun diam tidak meronta seperti tadi, ia terlihat sangat lemas.
"Sudah baikan belum?", tanya Bu Surini kepada Avril,  Avril tidak menjawab apa-apa dia hanya diam pandangannya seolah-olah kosong, salah seorang teman saya membantu Avril untuk berdiri dan teman saya yang lain memakai kan sepatunya, Bu Surini menyuruh Avril untuk meminum air putih,  setelah itu Avril mencoba untuk berdiri.

                Tiba-tiba Avril jatuh ke lantai dan akhirnya berteriak lagi kali ini Avril juga menangis. Wah perasaan yang awalnya sudah mulai tenang kini kembali menegang, akhirnya Bu Surini membacakan doa lagi untuk Avril. Lagi-lagi Avril tertawa ,menangis dan berteriak keras, salah seorang teman saya menghubungi ayah dari Avril untuk menjemputnya pulang.

                Setelah beberapa saat Avril tertidur dia tidak lagi berteriak histeris, menangis ataupun tertawa. Ayahnya datang dan membawa ia pulang. "Sering kejadian begini kok tapi ini kayaknya musuh dari neneknya", kata Ayah Avril.

             Esok harinya saya datang kesekolah kebetulan saya datang lebih awal, tanpa sengaja saya melihat Avril sudah duduk lagi di belakang bangku saya, awalnya saya tidak berani untuk menanyakan masalah yang telah dialaminya kemarin, tapi karena perasaan ingin tahu saya yang tinggi akhirnya saya memberanikan diri untuk menanyakan kejadian kemarin ke Avril. Avril menjawab dengan santai "itu penunggu di ruangan tempat kalian membersihkan botol minuman marah, dia gak mau di ganggu tempatnya di kotori ataupun di ambil barang-barangnya sama kalian", ujar Avril, mendengar apa yang di katakan Avril tadi aku dan teman-teman merasa takut, kami akhirnya meminta maaf bila ada kesalahan yang kami buat atas kecerobohan atau kelancangan kamu memasuki tempat mereka.

               Kejadian itu membuat saya dan teman-teman tambah bersemangat untuk membuktikan keangkeran sekolah kami yang dari dulu dibicarakan oleh masyarakat maupun siswa yang bersekolah disini.Kami sepakat untuk membuktikannya setelah kami pulang sekolah, saat itu pukul 6 sore pelajaran di sekolah telah berakhir. Kami mengajak serta Avril untuk membantu kami membuktikan keangkeran sekolah kami.
     
             Bell sekolah pun berbunyi,kami yang beranggotakan sekitar 10 orang tidak pulang langsung kerumah, malahan kami masih berada di sekolah, keadaan sekolah pada saat itu sangatlah sepi karena guru dan muridlainnya sudah pada pulang kerumah masing-masing. Kami ingin membuktikan tentang keangkeran sekolah kami.
               Puja Tri Sandya mulai terdengar, saat itulah kami sepakat untuk memulai penelusuran kami. Kami mulai dari lantai 1 sekolah kami, yang kata murid-murid di tunggu oleh seorang mahluk gaib berwujud wanita yang cantik, yang katanya mendiami pohon cemara yang ada di lapangan sekolah kami.

          Kami bersama-sama berjalan kesana, saat itu suasana memang mencekam, karena penerangan yang minim, dan gedung sekolah yang memang gedung kuno.

           Tibalah kami di lapangan, kami bersama melihat-lihat sekitar, Avril tidak bersama kami karena alasannya dia tidak mau di ganggu, dia menunggu di lapangan depan bersama salah seorang teman saya. Kami menelfon Avril,dia berkata saat ini tidak ada apa-apa di pohon cemara yang kami lihat tadi.

         Akhirnya kami melanjutkan perjalanan kami ke lantai 2 yang menurut murid-murid terkenal sangat angker dan jarang murid-murid yang berani pergi kelantai 2 sendirian, lantai 2 di huni oleh salah seorang mahluk gaib yang berwujud perempuan muda, Marni sebutan untuk mahluk gaib tersebut, menurut cerita turun temurun Marni adalah salah seorang murid dari SMA kami pada tahun 1979, ia bunuh diri di sekolah ini karena di bully dan diperkosa oleh teman-teman sekelasnya dulu.

              Kami pun berjalan menaiki tangga dengan cepat, karena kami merasa sangat takut, akhirnya kami tiba di lantai 2. Kami pun melihat-lihat sekitar, tidak ada apa-apa yang mengganggu pikir kami. Pada saat itu kami benar-benar takut suasana benar-benar mencekam, hari sudah menunjukkan sandikala (nama sore menjelang malam di bali) suasana saat itu sudah nampak sangat gelap, penerangan yang benar-benar minim membuat kami merasa semakin takut.

              Karena takut kami bersama sepakat untuk turun dan menyelesaikan niat kami untuk membuktikan keangkeran sekolah ini, tiba-tiba salah seorang dari teman saya berkata bahwa dia melihat sesosok wanita memakai pakian sekolah yang berwarna putih tetapi rok wanita itu sangat panjang sampai ke lantai berjalan di gedung seberang seperti bukan siswa jaman sekarang yang roknya pendek-pendek.
Mendengar itu kami sangat takut, kami pun beramai-ramai turun, salah seorang teman saya bahkan ada yang sampai terpeleset saking takutnya.

             Kami sepakat untuk menemui Avril di lapangan depan. Setelah kami bertemu Avril kami bicara soal penampakan sesosok wanita yang dilihat teman saya tadi, dia berkata bahwa itulah Marni yang katanya penunggu di sekolah kami.
Ada salah seorang teman kami yang tidak percaya tentang Marni, namanya Rio. Rio berkata bahwa dia tidak percaya sebelum dia melihat sendiri.

            Avril dengan santai menyuruh Rio berjalan ke suatu tempat, seperti anak tangga tetapi bukan tangga, Avril juga menyuruh Rio untuk duduk sebentar disana. Rio pun menyetujui apa yang di katakan dan di perintahkan Avril tadi, dia pun berjalan kesana dan duduk. Sekitar 5 menit kemudia Rio berteriak dan lari kearah kami, dia sangat ketakutan, "aku liat!!aku liat!!ngeri aduh serem banget!!", ujar Rio sambil menutup matanya.
Avril berkata bahwa ada mahluk gaib yang mencoba menerkam Rio saat ia duduk di tempat tadi, dan tepat saat itu Rio lari ketakutan.

            Avril menyuruh kami untuk mengambil foto dari gedung tempat Marni bunuh diri, kami pun bergegas pergi ke gedung itu, salah seorang teman saya memotret gedung kuno tersebut, membidik kameranya tepat di antara pilar di lantai 2.
Dia mengambil beberapa foto, akhirnya setelah selesai mengambil foto dia kembali bersama grup kami di lapangan depan sekolah.

            Setelah melihat-lihat foto tadi kami pun kaget, ada salah 1 foto yang membidik tepat di antara pilar di lantai 2, foto itu memperlihatkan sesosok wanita, tepatnya wajah dari sesosok wanita, memakai seragam sekolah yang berwarna putih, sedang duduk di antara pilar tersebut.
Kami pun kaget dan merasa sangat ketakut. Kami melihat lagi foto itu, kami zoom tepat di wajah sosok itu, dan terlihat jelas bahwa itu adalah wajah sesosok wanita yang masih muda.

            Kami takut dan juga bangga dengan pengalaman yang telah kami dapat tadi, takut karena fakta bahwa benar sekolah kami angker dan kebanggan tersendiri karna kami dapat membuktikan bahwa memang benar sekolah kami angker.

Minggu, 28 Januari 2018

Mutiara Yang Tak Berguna

 
  Oleh : Ninit Mita Dewi


  Namaku Ratna. Entah mengapa kedua orangtuaku memberikan nama seperti itu. Padahal di zaman modern ini masih banyak nama yang menurutku bagus untuk diberikan. Namaku terkesan ndeso. Ah tapi aku tak terlalu mempermasalahkan itu. Orang tua selalu memberikan yang terbaik untuk kita, termasuk dalam memberikan anaknya nama. Aku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Tepatnya kelas dua SMA. Pada masa-masa inilah biasanya masa yang sangat rawan bagi remaja untuk terjerumus ke jalan yang salah. Teknologi. Apabila teknologi yang saat ini kian berkembang pesat disalahgunakan maka akan berakibat fatal. Seperti kisahku.
   Aku terkenal merupakan sosok yang pendiam di sekolah. Impianku memiliki keluarga yang lengkap dan utuh hanyalah sebuah mimpi. Ketika aku duduk di bangku sekolah dasar, ibu dan ayahku memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka dan memilih jalan mereka masing-masing. Sempat aku diperebutkan di pengadilan, dan ibulah yang menang. Ya, aku sampai saat ini dihidupi oleh ibuku. Entah mengapa aku sangat benci dengan ayah. Ia telah bahagia dengan keluarga barunya di luar kota, entah mengapa ia melupakanku dan ibu, ia tidak lagi menafkahiku dan ibuku. Kami berjuang hidup tanpa bantuan dari ayah. Dalam kesederhanaan, aku sangatlah menyayangi ibuku. Tapi yang paling aku kesalkan adalah saat teman-temanku menanyakan tentang ayahku, padahal mereka sudah tau bagaimana keadaanku, tetap saja mereka mengejeku.
   "Hei Ratna! Hari ini ada pertemuan dan rapat antara orangtua dan guru, so pasti ayahku paling dahulu akan datang dan menyempatkan diri untuk menengoku. Ayahmu pasti juga datang kan? Aku ingin berkenalan dengnnya." ejek salah satu teman sekolahku yang bernama Jeny. Betapa kesalnya aku, jelas-jelas Jeny adalah tetanggaku, tentu saja dia tahu bahwa ayah tak pernah lagi menemuiku, tapi mengapa dia mengatakan itu di depan teman-teman di kelas. Benar saja, meskipun tetangga, dia membenciku.
   Jarang sekali aku bergaul dan bercerita dengan teman-temanku. Lebih baik segala sesuatunya aku ceritakan kepada ibuku. Hanya ibu yang mengerti dan menyayangiku di dunia ini. Ia lebih dari sekadar seorang ibu bagiku, ia segalanya. Aku sangat menyayanginya. Semua perkataannya aku turuti, itu semua demi kebaikanku. Hingga suatu hari aku berdusta.
   Seragam sekolah telah lengkap kupakai. Seperti biasa di pagi hari, aku mencium masakan ibuku. Aromanya menggugah selera makanku, bahkan mungkin aromanya tercium oleh cacing-cacingku yang lapar.
  "Ratna.... Cepat makan, nanti kamu terlambat ke sekolah!" aku bergegas menghampiri ibuku yang sedang menyiapkan makanan pagi yang akan kami santap bersama. Benar saja, ia telah memasak makanan kesukaanku. Telur dadar, tumis kangkung, tempe bacem dan sebakul nasi serta secangkir kopi dan segelas susu telah tersedia lengkap di meja makan. Tentu saja makanan ini cukup untuk kami berdua. Walaupum tinggal di kota, kami tak pernah bergaya layaknya orang kota yang makan paginya hanya dengan sepotong roti dan segelas susu segar. Tentu saja tak kenyang bagi perut kami.
  "Bu, aku pamit ke sekolah ya." Aku mencium tangan ibuku dan berlalu bersama motor scoopy berwarna merah kesayanganku.
Seperti biasa, aku tak punya teman di sekolah. Mungkin bukannya mereka yang tidak ingin bergaul denganku, hanya saja aku yang terlalu menutup diriku. Entahlah. Aku merasa lebih nyaman jika sendiri. Aku sedang asik-asiknya melamun di kantin, tiba-tiba ada yang mengagetkanku.
  "Awas nanti kesurupan setan penunggu sekolah ini loh!" terdengar suara seorang lelaki yang membuatku tersadar dari lamunanku. Ternyata ia adalah kakak kelasku.
  "Ah kakak." jawabku singkat.
  "Boleh aku gabung di sini? Kau tidak makan? Biar aku yang traktir." ajak lelaki itu.
  "Baru kali ini ada lelaki di sekolah yang mendekati dan mengajaku ngobrol, ah mana sok kenal lagi, nggak penting banget". Ucapku dalam hati. Lalu kulempar senyuman manisku kepadanya.
  Setelah beberapa lama, kami mulai dekat, tak lagi aku canggung dengannya. Jujur kuakui dia sangat pandai bergaul, ia dapat mencairkan suasana dan memancingku untuk berbicara dengannya. Waktu tak terasa berlalu begitu cepat. Obrolan kami dipisahkan oleh bunyi bell masuk kelas. Sebelum masuk kelas masing-masing, ia merampas ponselku, entah apa yang ia lakukan. Sekejap ia mengembalikan ponselku.
 "Senang bisa kenalan denganmu, kamu cantik! Aku telah membuat kontaku di ponselmu, aku jg sudah memasukan PIN BBM ku, kita sudah berteman di BBM. Nanti kamu bisa curhat ke aku, dan kamu akan tau namaku!" lelaki itu berlalu, bergegas meninggalkanku yang masih terdiam di sana. Entah apa yang kurasakan, betapa senangnya aku dikatakan cantik.
  Benar saja, aku masih penasaran dengan kakak kelas itu, aku tahu dia kakak kelas dari dasi yang di pakai. Meskipun aku tak tertarik dengan lelaki itu, tetap saja ia membuatku penasaran. Aku lihat ponselku, dan aku mulai mencari kontaknya di penyimpanan telepon dan di bbm. Benar saja, dia membuat kontaknya sendiri. Namanya di ponselku ialah Rio, lengkap dengan emoticon hati.
  Bayang-bayang wajah lelaki itu masih memenuhi otaku, ah entar beberapa kali aku melihat fotonya di BBM. Entah apa yang aku lakukan, tak sengaja aku menelfonnya. Sungguh, ini bukanlah kesengajaan. Dia mulai menghubungiku dan bertanya kabarku. Tentu saja pada awalnya kubalas dengan singkat, tapi tetap saja ia membalas chatku dengan keramahannya. Hingga pada akhirnya aku mulai nyaman berkomunikasi dengannya via BBM. Sepertinya ia cocok jadi teman baik dan teman curhatku. Akhir-akhir ini semenjak kenal dengan Rio, aku selalu mengurung diriku di kamar dan asik BBM an dengannya. Tak terasa waktu berjalan, Rio mulai menunjukan tanda-tanda bahwa ia ingin memiliki hubungan lebih dari sekadar teman denganku. Meskipun tak secara langsung ia katakan bahwa ia menyukaiku, tapi aku mengerti tanda-tanda yang telah ia tunjukan melalui perhatian yang ia tunjukan terhadapku.
  "Hei kak, jangan kira aku tidak mengerti tanda-tanda bahwa kau menyukaiku, setidaknya aku pernah mempelajari ilmu semiotik untuk mengerti tanda-tanda. Termasuk juga tanda-tanda yang telah kakak tunjukan, walaupun hanya lewat BBM. Aku takut jika itu benar! Aku ingin kita berteman baik saja, aku nyaman seperti ini. Aku tak ingin berpacaran, aku tak ingin bernasib sama seperti ibuku yang ditinggal ayahku. Tolong mengertilah." isi pesanku yang masih ragu aku kirim kepada Rio. Namun secara sadar, aku mengirim pesan tersebut. Ah dalam sekejap, Rio membacanya. Dengan jantung berdebar aku menunggu balasan Rio. Dia langsung menelfonku dan mengajau bertemu di taman untuk membicarakan hal ini.
 "Jika itu maumu, aku tak akan memaksa. Mari kita bicarakan ini. Aku tunggu kau di taman dekat sekolah, kita bertemu sebentar saja. Percayalah, semuanya akan terselesaikan dan keadaan akan baik" saja." ucapnya dengan nada santai lewat panggilan gratis di BBM.
  Aku bersiap" untuk bertemu dengan Rio di taman, hatiku tak tenang jika belum menyelesaikan masalah ini.
  Sesosok lelaki kudapati telah duduk di bangku taman, ia membawa seikat bunga mawar dan cokelat. Lelaki itu adalah Rio. Wajahnya begitu menawan, berbeda dengan profilnya di BBM yang terlihat lebih jelek menurutku. Aku menghampirinya. Tidak seperti di BBM yang sangat akrab, aku hanya diam saja, kecanggungan yang amat terasa. Namu akhirnya ia seperti biasa dapat mencairkan suasana. Tak beberapa lama, entah rayuan maut apa yang ia berikan. Aku luluh terhadapnya, kami akhirnya resmi berpacaran. Sungguh ia meyakinkanku bahwa ia akan menjaga dan membahagiakanku.
  Saat itu, tak langsung aku menceritakan semuanya pada ibuku, aku bahkan tak punya nyali untuk menceritakannya. Hingga ibuku mulai menaruh kecurigaan karena aku jarang ada waktu dengan ibuku, aku lebih banyak mengurung diriku di kamar. Tak seperti biasanya. Aku tertangkap basah sedang asik telfon-telfonan dengan Rio. Di kamarku, ibu menghampiriku.
 "Siapa yang sedang kau ajak mengobrol di telfon itu Ratna, sepertinya asik sekali. Hingga kau lupa meluangkan waktu untuk ibumu ini." Ibuku mulai menunjukan tanda-tanda kecurigaan dan kekesalan karena aku jarang ada waktu untuknya.
 "Ibu, duduklah. Kali ini aku ingin menceritakan semuanya pada ibu. Ibu, aku saat ini sedang bahahia, aku sudah punya pacar seperti remaja pada umunya bu, pacarku sangat baik." kuberanikan diri bercerita pada ibuku.
 " Pacar? Lah kamu baru cerita pada ibu, kamu masih sekolah loh, fokus saja dulu pada sekolahmu!" ucap ibuku dengan nada kekhawatiran. Aku mengerti, ibu hanya takut jika sekolahku berantakan gara" aku memiliki pacar. Tapi aku tetap meyakinkan ibuku.
 "Bu, ini tidak terlalu serius kok. Justru karena Rio aku jadi semangat belajar. Dia kujadikan penyemangatku. Begitupun sebaliknya bu." terus kuyakinkan ibuku agar ia menyetujuinya.
 " Bukannya ibu melarang, tapi ibu hanya takut kamu terjerumus. Kamu seorang wanita, wanita jika tidak bisa menjaga dirinya dengan laki-laki maka ia akan terjerumus kedalam penyesalan. Apalagi diumurmu yang sangat rawan ini. Ibu hanya memilikimu saja, ibu tak ingin mutiara ibu rusak dan tak berharga lagi." terang ibuku.
  Ibuku hanya takut jika anak satu"nya ini tersesat. Meskipun begitu, aku berhasil meyakinkan ibuku bahwa semuanya akan baik-baik saja.
   Singkat cerita, ada jeda semester. Aku dan Rio sama-sama memilih ekstrakurikuler Sispala, kebetulan, anak-anak Sispala akan mengadakan kemah di pinggir danau selama 3 hari agar siswa-siswanya bisa lebih dekat dengan alam. Rio adalah koordinatornya, tentu saja ia tak melewatkan masa-masanya sebelum ia lulus dari sekolah dan meninggalkan jabatannya dari Sispala. Untuk itu, akupun juga ingin ikut kemah bersama anak-anak lainnya. Akhirnya aku diberikan izin oleh ibu,walaupun sedikit sulit dan harus kuyakinkan ibu hingga ia benar-benar mempercayaiku. Setelah sampai, banyak kegiatan telah dilakukan termasuk beres-beres dan mendirikan tenda untuk tempat beristirahat. Orang-orang yang akan menempati tenda juga sudah dihitung. Aku setenda dengan 3 orang temanku di kelas. Mungkin mereka sudah memilih orang-orang yang akan mereka ajak satu tenda, tapi aku dan 3 teman lainnya itu merupakan sisa-sisa orang yang belum mendapatkan teman. Kamipun tidak begitu akrab. Mereka lebih memilih bermain ke tenda teman mereka masing-masing bahkan pada akhirnya mereka tidur di sana meninggalkanku seorang diri di tenda.
  Malam itu begitu dingin. Suasana begitu hening, paling sesekali aku dengar dengkuran dari tenda sebelah dan suara binatang-binatang malam. Semua sudah tertidur pulas, karena malam itu sudah larut. Seperti biasa, aku seorang diri di tenda. Kucoba untuk memejamkan mata, tapi tak bisa. Ketakutanku dengan sepi dn gelap membuatku tak bisa memejamkan mata, walaupun sudah kupaksakan agar mata ini terpejam. Ah.. Mungkin suara-suara alam di malam hari malah membuat tidurku tak nyenyak, karena sudah tak sanggup, kuhubungi Rio dan berharap agar ia belum tertidur. Benar saja, Rio datang. Kusuruh ia menemaniku hingga aku tertidur. Meskipun sudah memakai jaket tebal, tetap saja tubuh ini terasa kedinginan, hingga Rio melihatku menggigil. Ia memeluku dengan erat agar aku mendapatkan kehangatan. Dan aku merasa nyaman berada dipelukannya. Aku mencoba tertidur di bahunya. Beberapa saat Rio mulai ingin menciumku, meskipun tak langsung ia lakukan tetapi meminta izin kepadaku terlebih dahulu, tetap saja aku menolaknya. Seumur-umur aku belum pernah berciuman dengan lelaki. Aku pernah berjanji pada diriku sendiri, aku tak ingin menjadi wanita murahana, aku hanya mau ciuman dengan lelaki yang akan menjadi suamiku kelak, bahkan kesucianku akan kuberikan pada suamiku kelak. Saat ini belum saatnya, dan aku masih takut. Tak ingin ku ingkari janji itu. Aku mencoba untuk mejelaskannya pada Rio, namun sekali lagi gagal. Rio meyakinkanku bahwa semua akan baik-baik saja. Rio mencium keningku, berlanjut hingga kami melakukan ciuman pada bibir bahkan sesekali bermain lidah. Sungguh kami berdua menikmatinya ketika semua orang sudah tertidur pulas. Berlanjut hingga ke nafsu berahi, kami melakukan perbuatan terlarang, kami bercinta larena keheningan malam. Aku sempat menolak ajakannya, tapi aku terbui. Aku terlalu polos saat itu, aku menuruti saja apa perkataannya. Rio meyakinkanku bahwa semua akan baik-baik saja. Malam itu memang indah, sedikit dingin tapi cuaca cerah dengan taburan bintang yang menghiasi langit. Malam itu menjadi saksi bisu bahwa aku telah berdusta dan mengingkari janjiku pada diriku dan ibuku.
   Waktu berganti begitu cepat. Dua minggu setelah kemah, aku merasakan tubuhku lebih cepat kelelahan, tak seperti biasanya. Mual sering kurasakan begitupun dengan sakit kepala yang begitu hebatnya. Terkadang aku muntah-muntah, aku mulai ketakutan dan berpikir yang tidak-tidak. Aku takut, jika hal yang paling aku takutkan terjadi. Kuberanikan diri untuk membeli tespack di apotek. Diam-diam kucoba tespack itu kucampurkan dengan urineku. Dan hasilnya, ahhh tidak! Aku hamil, tespack itu menunjukan positif, positif aku tengah hamil. Kuhubungi Rio, aku menangis tersedu-sedu. Ia mencoba untuk menenangkanku dan ia berjanji akan bertanggungjawab dan menikahiku. Tetap saja, aku takut dengan ibuku. Apa yang akan kukatakan pada ibuku, bagaimana dengan sekolahku, sungguh dunia ini begitu kejam untuku. Rio mencoba meyakinkan keluarganya. Bahkan aku diajak kesana. Tapi sayang, keluarganya tak mengizinkan, mereka tidak percaya kepadaku bahkan Rio. Mereka mengusirku, mengatakanku wanita menjijikan dan mereka menghinaku habis-habisan. Aku diusir, Rio sudah berusaha membelaku namun gagal, ia tunduk kepada orang tuanya. Mereka mengusirku. Dalam perjalanan pulang, langkahku berayun begitu saja, entah kemana kaki ini akan melangkah. Aku malu bertemu ibuku, tak sanggup rasanya aku mengatakan semuanya pada ibuku. Di saat-saat seperti ini, aku ingin merasakan pelukan ibu, belaian tangan ibu di rambutku dan kecupan ibuku. Tetapi aku malu. Benar kata mereka, aku ini menjijikan. Beginilah akibatnya jika aku berdusta pada ibuku. Rio bahkan tak mengejarku karena orangtuanya mengurungnya. Kakiku terus melangkah, bukan rumahku yang dituju. Melainkan sebuah jembatan dengan jurang yang cukup curam. Aku sudah tak bisa memikirkan apalagi, meski hati ini berkata tidak, tapi raga dan pikiran ini terus saja mendorongku untuk melompati jurang itu. Ya aku mengakhiri hidupku dengan melompati jurang, aku sudah tak bisa berpikir dengan akal sehatku, namun sebelum kuakhiri hidupku dengan melompati jurang, kukirim pesan singkat kepada ibuku.
  "ibu, selamanya aku menyayangimu. Maafkan semua kesalahaku bu. Aku telah berdusta dan menyakitimu." salam sayang putrimu,mutiaramu yang memudar. Pesanku telah terkirim. Aku melompat dari jembatan, tubuhku terasa sangat sakit, terasa darah mengalir dari sekujur tubuhku. Betapa bodohnya aku, aku telah membunuh kehidupan lain, ya kehidupan hasil perbuatan terlarangku. Aku merintih, hingga akhirnya tak lagi kurasakan detak jantungku. Jiwaku pergi, entah bagaimana selanjutnya, aku sudah tidak mengetahui apapun lagi yang berkaitan dengan duniawi.
                                  ***



Guys sebagai remaja kita boleh kok memiliki pacar tapi ingat pikirkan masa depan kita sebagai seorang remaja. Jangan terjerumus dalam kondisi yang tidak seharusnya dirasakan ketika remaja. Bekali diri dengan dengan sebanyak mungkin ilmu pengetahuan, rajinlah beribadah dan patuhilah perintah orang tuamu karna orang tua tidak pernah menjerumuskan anaknya ke hal yang tidak baik.
#tolong renungkan terutama bagi seorang wanita  :):):)